Wakaf dalam Bayang-Bayang Sejarah Nusantara

Artikel 16 May 2025
image

Menelusuri Jejak Terlupa dari Warisan Peradaban Islam di Tanah Air

 

Banyak dari kita mengenal wakaf sebagai tradisi khas Timur Tengah sebagai amalan ibadah yang identik dengan tanah masjid, sumur, atau lembaga keagamaan di Mekkah dan Madinah.

 

Namun, tahukah kita kalau wakaf sebenarnya pernah menjadi nadi kehidupan masyarakat Islam di Nusantara?

 

Di balik nama-nama besar pesantren kuno, masjid agung, dan kota-kota Islam yang pernah berjaya, tersimpan peran penting wakaf sebagai fondasi utama pembangunan. Wakaf tidak sekadar amal, melainkan strategi sosial yang menopang ekonomi, pendidikan, dan budaya Islam di masa lalu.

 

 

Wakaf dan Sejarah Berdirinya Pesantren Legendaris

 

Sejarah mencatat bahwa pesantren besar seperti Tegalsari di Ponorogo atau Pesantren Giri di Gresik tumbuh subur berkat tanah wakaf. Selain dimanfaatkan untuk membangun tempat belajar, wakaf juga menjadi sumber keberlanjutan, dari tempat makan para santri, pemukiman para kiai, hingga lahan produktif untuk pertanian.

 

Prinsipnya, wakaf menciptakan ekosistem pendidikan yang tidak bergantung pada kekuasaan politik atau pasar, namun juga membentuk generasi ulama, tradisi keilmuan Islam, serta menjaga kesinambungan pengetahuan di tengah dinamika zaman.

 

 

Wakaf dan Perkembangan Kota Islam di Nusantara

 

Jejak wakaf juga melekat pada arsitektur dan sistem sosial kota-kota Islam di Nusantara. Masjid Agung Demak, Banten, dan Aceh berdiri kokoh di atas tanah wakaf. Pada saat yang sama, tidak hanya masjid yang dibangun, namun muncul juga madrasah, rumah para ulama, pasar rakyat, hingga lembaga sosial yang dikelola oleh masyarakat.

 

Dengan begitu, wakaf menjadi infrastruktur tak kasat mata yang membentuk wajah kota, dari pusat spiritual, ekonomi, hingga kebudayaan. Ia menjelma menjadi energi senyap di balik kemajuan kota-kota Islam yang kini jadi bagian dari warisan budaya Indonesia.

 

 

Mengapa Kita Melupakannya?

 

Sayangnya, sejarah panjang wakaf di Nusantara perlahan mengabur. Penjajahan dan perubahan sistem administrasi membuat dokumentasi wakaf hilang satu per satu. Sistem pewarisan yang lemah dan minimnya literasi sejarah menyebabkan generasi kini hanya menikmati hasil wakaf tanpa memahami asal-usulnya.

 

Warisan yang dulu menghidupi masyarakat kini tak lagi terlihat. Bukan karena lenyap, tetapi karena dilupakan.

 

 

Saatnya Membangkitkan Kembali

 

Di tengah tantangan sosial-ekonomi yang kian kompleks, kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membiarkan sejarah wakaf tenggelam sebagai catatan usang atau membangkitkannya kembali sebagai solusi masa depan.

 

Wakaf bukan sekadar amal jariah. Ia adalah warisan sistemik, strategi pemberdayaan, dan jejak peradaban. Mengenangnya adalah cara kita merawat akar. Membangunnya kembali adalah tugas generasi hari ini agar masa depan umat tidak hanya berjalan maju, tetapi berakar kuat pada kebijaksanaan masa lalu.

 

Wakaf bukan sekadar peninggalan sejarah, namun bahan bakar peradaban yang siap dinyalakan kembali.

 

 

Penulis: Muhammad Alfi Maulana | Editor: Muhammad Lutfi Nanang

Lembaga Wakaf Masyarakat Ekonomi Syariah
 


Informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

PENGURUS PUSAT MASYARAKAT EKONOMI SYARIAH
Instagram: @wakaf.mes - @mes.indonesia
 

Alamat: Kantor Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah
Jl. Tebet Dalam IV E No. 70, Tebet Barat, Jakarta Selatan – 12810

Telp      : 021 829 9746 / 021 829 9747